Rekomendasi Buku Self Development untuk Kembangkan Diri

Buku Self Development

Self development banyak caranya. Salah satu yang mudah untuk dilakukan adalah dengan mambaca buku Self development. Dikatakan sebagai jendela dunia, buku membuat berbagai informasi, pengalaman, hingga mampu memberikan pandangan baru bagi pembacanya.

Tentunya ada banyak sekali buku mengenai pengembangan diri yang tersedia offline maupun online. Di bawah ini adalah contoh buku menarik, ringan dan direkomendasikan bagi Anda yang ingin meningkatkan diri menjadi lebih baik di berbagai bidang.

Bicara itu Ada Seninya

Self development buku yang pertama berjudul “Bicara itu ada seninya”. Ditulis oleh Oh Su Hyang, fokus membahas mengenai rahasia menggunakan teknik komunikasi dengan benar dan efektif sehingga lawan bicara merasa nyaman dan tidak bosan.

Buku ini memiliki lima bab. Pada bab pertama, penulis memberikan tips berkomunikasi dengan teknik yang baik. Melatih logika berbicara, penyebab orang takut berbicara, suara terbata-bata, suaranya kecil bergetar, atau bahkan tidak mampu membalas lawan bicara.

Bab kedua memberikan beberapa rumus terapi komunikasi yang bisa diterapkan untuk self development. Bab ketiga, mengajarkan bagaimana membuat lawan bicara mau mendengarkan, yaitu dengan storytelling secara singkat, jelas dan padat.

Bab keempat menjelaskan bahwa berbicara merupakan suatu bakat yang harus dilatih. Kemudian bab terakhir disajikan contoh para tokoh dunia yang mendapatkan keberhasilan melalui komunikasi. Salah satunya adalah Barack Obama.

Salah satu poin penting dari buku self development ini adalah bahwa penampilan rapi memberikan kesan positif, sama seperti kata-kata. Berbicara perlu dilakukan dengan hati-hati, menampilkan sisi menarik pembicara sendiri dengan terus berlatih.

Salah satu self development buku yang direkomendasikan ini cukup membantu bagi pemula. Terdapat berbagai tips ringan di dalamnya yang bisa diikuti. Sehingga lawan bicara nyaman, tidak bosan serta antusias dengan melontarkan berbagai pertanyaan.

Atomic Habits

Buku kedua berjudul “Atomic Habits”. Dimana seorang pakar, James Clear menemukan fakta bahwa perubahan berasal dari gabungan ratusan keputusan dan kebiasaan kecil dalam hidup. Ia menyebutnya dengan atomic habits.

James Clear sendiri merupakan penulis dan pembicara yang fokus dengan topik kebiasaan, pengambilan keputusan dan perbaikan berkelanjutan. James mengungkapkan suatu trik untuk menyikapi sifat suka memupuk kebiasaan yang terlupakan, serta menunjukan trik “dua menit” untuk masuk zona “goldilocks”.

Trik dua menit dalam self development buku ini adalah aturan yang akan jadi patokan. James ingin pembaca mencoba mengerjakan sesuatu selama dua menit dulu. Menggali teori psikologi dan neurosains untuk menerangkan mengapa semua hal di dunia itu penting.

James menceritakan kisah-kisah inspiratif para peraih medali emas olimpiade, para CEO terkemuka dunia, para ilmuwan yang melakukan kebiasaan-kebiasaan kecil. Kebiasaan kecil tersebut kemudian menghasilkan perubahan besar dalam karier dan kehidupan.

Terdapat kesimpulan berupa poin-poin penting yang realistis. Bahwa dalam melakukan suatu kebiasaan kecil ada kalanya seseorang absen atau berhenti melakukannya. Hal ini wajar asal tidak dilakukan dalam intensitas sering, sebab justru akan jadi kebiasaan kecil yang buruk.

Bisa jadi kegagalan proses pembentukan kebiasaan baik bukan pada diri seseorang melainkan pada sistem yang dipilih. Kesalahan paling umum self development bisa karena memulai sesuatu dengan menggebu-gebu yang akhirnya menyebabkan tekanan.

Pada intinya, lingkungan sekitar akan berpengaruh. Maka yang perlu dilakukan adalah fokus pada kebiasaan clear dan realistis sehingga mudah untuk menerapkan kebiasaan baik, menyenangkan namun hasilnya produktif.

A Guide Book To Slow Down Your Life

Buku rekomendasi self development berikutnya adalah “A guide book to slow down your life”. Banyak orang mengupayakan berbagai cara untuk bahagia, namun nyatanya batin tetap hampa. Pada kondisi inilah seseorang perlu mengatur ulang hidupnya.

Sesekali orang perlu menjalani kehidupan yang lebih sederhana. Jauh dari padatnya pekerjaan, jadwal sehari-hari serta keramaian sosial media. Hal ini menjadi alasan banyak orang saat ini menerapkan slow living.

Bisa jadi Anda juga pernah merasa bahwa saat kehidupan melambat dan sederhana maka hal-hal akan berjalan lebih baik. Namun bukan berarti melepaskan segalanya, mundur ke abad ke-19 atau mengasingkan diri di pulau terpencil supaya lebih bahagia.

Konsepnya adalah mengonsumsi lebih sedikit dan mengambil pendekatan lebih lambat untuk kehidupan sehari-hari. Konsep ini sudah sangat mainstream sehingga banyak buku membahasnya.

Contohnya prinsip beres-beres ala Marie Kondo yang begitu populer hingga menyebabkan donasi barang bekas meningkat drastis. Kemudian banyaknya resto cepat saji menyediakan menu vegan.

Disusul dengan kemunculan banyaknya aplikasi untuk meditasi sehingga mengurangi waktu online dengan gadget. Sepertinya semua orang berjuang untuk hidup lebih sederhana, berkelanjutan serta penuh makna.

Intinya, penulis Astrid Savitri ingin menekankan bahwa slow living bisa mencakup apa saja. Mulai dari makan dengan mindful sampai perencanaan kehidupan tanpa khawatir berlebih. Ulasan didalamnya sangat cocok untuk kebutuhan self development Anda.

Loneliness Is My Best Friend

Buku self development karya Alvi Syahrin ini mengungkapkan bahwa semakin bertambah usia, manusia semakin kesepian. Berbeda dengan masa-masa sekolah dimana masih banyak teman. Selepas fase pendidikan, kemudian masuk fase bekerja, orang mulai kehilangan banyak waktu bersama teman.

Jarang berkomunikasi dengan orang lain secara intens karena berbagai kesibukan dan aktivitas. Berlanjut dengan fase menikah, memiliki anak, kemudian anak beranjak dewasa. Pada fase ini kembali orang merasa kesepian jauh dari anak dan orang-orang tercinta.

Dalam buku self development “Loneliness is My Best Friend” penulis ingin menekankan bahwa kesepian merupakan hal wajar. Penulis melalui karyanya ingin menegaskan bahwa tidak seharusnya seseorang melabeli orang lain dengan “sahabat”, “teman” atau “sekedar kenal”.

Sebab dengan label tertentu umumnya orang akan berekspektasi lebih. Misalnya, seorang berlabel sahabat diharapkan selalu ada baik suka maupun duka. Jika tidak sesuai ekspektasi maka akan merasa diri dikucilkan dan sebagainya.

Hal tersebut menurut penulis tidak perlu. Sebab setiap orang perlu berdamai dengan diri sendiri, dengan keadaan sendiri meski tidak ada orang lain disekitarnya. Inilah mengapa perlu memposisikan orang lain sama rata.

Buku self development ini mengajarkan untuk tidak bergantung pada siapapun agar selalu ada. Bahwa beberapa kondisi yang menyebabkan seseorang harus menjalani kesendirian juga dialami oleh orang lain dalam kehidupannya.

Kita Semua Pandai Bicara

Buku self development kelima adalah “Kita Semua Pandai Bicara”, karya Dong Woo Rhee. Disini penulis ingin mencoba mengurai masalah komunikasi. Seringkali ada banyak ide di kepala namun tidak dapat dituangkan.

Mengobrol dengan teman bisa lancar, namun saat presentasi tiba-tiba tidak dapat berbicara, ide dalam kepala langsung buyar. Hal ini banyak dialami oleh terutama bagi pemula yang tidak terlalu sering berbicara di depan umum dalam suasana lebih formal.

Dalam buku self development satu ini dibahas trik apa saja untuk mengatasinya mulai dari paling sederhana. Seperti memilih pulpen untuk menulis, hal seperti ini saja bisa menentukan keberhasilan seseorang dalam bicara.

Didalamnya juga dibahas trik merangkum poin penting yang ingin disampaikan. Sering membuat catatan saat mendengarkan orang lain bicara atau dari membaca buku. Ini juga berpengaruh terhadap kecakapan berbicara.

Cukup menarik ulasan buku-buku di atas, penting untuk Anda yang sedang menerapkan self development. Pelajari juga tentang Apa Itu Self Growth, Manfaat, dan Cara Mengembangkannya dengan klik artikel berikut ini! https://ferdiesoethiono.com/blog-artikel/self-growth/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *